INTELEKTUAL ANAK BANGSA DINOMOR DUAKAN


Sekolah unggulan dapat diartikan sebagai sekolah yang memiliki mutu yang bagus dalam pendidikan maupun fasilitasnya. Namun, untuk saat ini sangat jarang ditemukan sekolah yang mengaku dan diakui unggul oleh banyak orang membuktikan keunggulannya. Yang ada hanya selalu mengedepankan fasilitas dan materi tanpa mengedepankan nilai tinggi intelektual, moral dan keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh seluruh siswa, yang nantinya dapat berguna bagi  masyarakat dan bangsa.


 Sedangkan sekolah yang unggul memiliki harapan terhadap apa yang dapat dimiliki oleh siswa setelah keluar dari sekolah unggulan. Harapan-harapan itu sangat penting dan dibutuhkan oleh orang tua siswa, pemerintah, masyarakat dan bahkan untuk diri siswa itu sendiri.

Untuk saat ini tidak sedikit sekolah yang biayanya sangat mahal, dari TK sampai bangku kuliah. Untuk masuk TK saja banyak sekolah yang mengharuskan orangtua siswa mengeluarkan uang satu juta rupiah agar anaknya dapat bersekolah di TK tersebut. Namun biaya yang seharusnya dikeluarkan tidak sesuai dengan intelektual yang seharusnya didapatkan oleh muridnya. 

Dan saat ini, sangat banyak sekolah yang memberi bekal kepada siswanya bukan berupa ilmu, melainkan saling bersaing untuk memamerkan kekayaan yang dimilikinya satu sama lain. Jadi dalam keadaan realnya, setiap siswa masing-masing bersaing ingin menunjukan bahwa ‘inilah aku murid paling kaya di sekolah’ sedangkan pengetahuan mereka sangat minim dalam bidang intelektual. Hal seperti ini bahkan mendapat dukungan dari staf pengajar yang malah memanfaatkan kekayaan muridnya untuk meraup sejumlah uang dengan cara berbisnis. 

Dengan memberikan iming-iming nilai bagus, maka para siswa harus membayar sejumlah uang yang tidak sedikit kepada guru yang bersangkutan. Atau banyak staf pengajar yang menawarkan sejumlah barang yang harganya sangat mahal agar para murid membelinya dan dijamin akan mendapat nilai yang bagus.

Staf pengajar seperti itu bukanlah mendidik baik muridnya, melainkan memberikan contoh yang buruk. Inilah salah satu kelalaian pihak sekolah dalam memilah-milih staf pengajar yang tepat. Sekolah yang biayanya mahal seharusnya mengeluarkan siswa yang tinggi akan ilmu, tetapi yang ada hanya akan mengeluarkan generasi murid yang otaknya kosong akan intelektual. dengan adanya hal seperti itu, bagaimana nasib anak bangsa yang nantinya diharapkan untuk memimpin bangsa kita nanti? Bukan kemajuan yang kita harapkan ada, melainkan hanya kehancuran dan keterpurukan yang akan kita dapatkan nantinya.  

Mengenai masalah pendidikan dan intelektual di sekolah, perhatian yang diberikan oleh pemerintah masih sangat minim. Hal ini terbukti dengan banyaknya sekolah yang biayanya sangat mahal, sedangkan keadaan siswa kualitasnya masih rendah, pengajarnya yang kurang berkualitas dan professional, bahkan UU tentang pendidikan saja masih berantakan. Dampak pendidikan seperti ini, nanti kedepannya dapat menimbulkan keterpurukan yang semakin dalam untuk negri kita sendiri. Keterpurukan ini juga bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dalam bidang pendidikan, sedangkan pendidikan itu harus dinomor satukan sesuai dengan janji yang pernah diberikan oleh pemerintah sendiri.

Kondisi ideal dalam bidang pendidikan sebenarnya adalah setiap anak bisa sekolah minimal sampai tingkat SMA tanpa adanya membeda-bedakan status, karena itulah hak mereka sebagai anak bangsa. Namun pada kenyataannya hal tersebut sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Setidaknya setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama, yaitu merasakan mengenyam dunia pendidikan. Walaupun hanya sampai tingkat SMA saja. Setidaknya agar mereka mendapatkan salah satu haknya sebagai anak negara Indonesia. 

Jika mencermati permasalahan di atas, terdapat ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Kesannya bahwa sekolah itu hanya milik orang kaya saja, sehingga orang yang kurang mampu merasa minder jika ingin bergabung dengan mereka, yang ada lenih baik memilih untuk tidak sekolah daripada harus bergabung dengan orang kaya tetapi selalu saja dikucilkan. Selain itu juga memang publikasi mengenai beasiswa sangat minim sekali.

Untuk memenuhi kondisi ideal pendidikan yaitu wajib belajar Sembilan tahun, Pemerintah sempat memberikan sekolah gratis untuk anak yang kurang mampu. Dengan adanya sokolah-sekolah gratis tersebut, seharusnya pemerintah memberikan fasilitas yang layak, staf pendidik yang berkualitas, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi yang tepat, sehingga tidak berbelit-belit. 

Akan tgetapi dalam kenyataannya, sekolah-sekolah gratis yang diberikan oleh pemerintah adalah sekolah yang terdapat di daerah kumuh dan segala sesuatunya hanya seadanya saja. Baik pendidik, fasilitas dan kurikulum semuanya hanya seadanya saja. Sehingga banyak orang yang berfikiran “wajar saja kumuh dan tidak layak, namanya juga gratisan”.

Pendidikan berkualitas tidak harus murah dan gratis, namun pertanyaanya siapa yang akan membayarnya? Pemerintahlah yang seharusnya berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap setiap warganya untuk memperoleh pendidikan dan menjamin masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Tetapi kenyataannya pemerintah selalu saja mengalihkan tanggung jawabnya. Padahal jika alasannya hanya karena dana, itu tidak bisa dijadikan alasan bagi pemerintah. Dengan begitu pemerintah sudah merampas hak setiap anak Indonesia untuk mengeyam pendidikan. 

Related Post



Post a Comment